Geramnya Bekas Menteri Susi: Saya Menampik jadi Orang Bodoh

Susi Pudjiastuti mengomentari kebijaksanaan Menteri Kelautan serta Perikanan Edhy Prabowo yang merencanakan buka export benih lobster. Karena, kebijaksanaan ini dilarang oleh Susi waktu jadi Menteri Kelautan serta Perikanan awalnya.



Hal tersebut tertuang pada Ketentuan Menteri KP Nomor 56 Tahun 2016 mengenai Larangan Penangkapan serta/ atau Pengeluaran Lobster, Kepiting serta Rajungan dari Daerah Negara Republik Indonesia. Dengan detil tertera di Klausal 7 (1) yang mengeluarkan bunyi 'setiap orang dilarang jual benih lobster untuk budidaya'.

Selanjutnya Susi menerangkan pembesaran lobster di laut jadi habitat aslinya lebih baik. Karena ada peluang buat lobster untuk beranak pinak. Musim kemarau jadi waktu paling baik untuk pembibitan. Umumnya ini dikerjakan tiga sampai lima bulan sebelum musim hujan datang.

"Nelayan mulai tangkap banyak dg size min 200 grm. Jika akan diadjust waktu musim panen jd 150grm,"catat Susi di account twitter @susipudjiastuti, Jakarta, Minggu (15/12).

Tetapi, dengan ukuran dibawah tadi disebutkan plasma nuftah, yang perlu diproteksi negara baik dari kerusakan, eksploitasi, perdagangan dan sebagainya. Negara harus membuat perlindungan, karena di Australia lobster baru bisa diamankan waktu memiliki ukuran minimum 1 pound.

Susi akui sekarang nelayan bisa membesarkan lobster dengan lakukan pemijahan sesudah lobster bertelur juga. Namun, tingkat keberhasilannya masih rendah. Tetapi perkawinan sampai bertelur belum dapat dikerjakan di luar habitat lobster.

"Krn itu Bibit Lobster adlh Plasma Nutfah yg HARUS Negara &kita menjaga sbg WARISAN untk anak cucu kita," catat Susi.

Kata Susi, memang ikan, lobster, udang di laut jika tidak diambil oleh akan mati, tetapi tidak semua yang lahir lansung akan mati. Maka, pekerjaan manusia untuk melanjutkan perkembangbiakan serta jaga keberlanjutan macamnya sebelum mati.

"adlh Pekerjaan mahluk ciptaan Tuhan untk melanjutkan khittahnya berkembangbiak jaga keberlanjutan macamnya sebelum kematiannya," catat Susi.

Satu diantara pemakai twitter Jhon Black @Jhonkosmik mengupload artikel pada media nasional; 'Tanggapi Edhy, Susi: Apa Kita Harus Pikirkan Petambak Vietnam?'

Account @ali_charbasyan menimpali, "Paling barter sama beras."

Susi juga balas memberi respon. "Aduuhhh waktu barter dg beras; Beras itu Rp 12.000 sd Rp 20.000 perkgnya sesaat lobster Rp 300.000 sd Rp 5 Jt perkgnya. Saya menampik jd orang bodoh," tegas Susi.

Edhy menerangkan, adanya larangan export benih lobster itu, banyak nelayan tangkap benih lobster kehilangan pekerjaan. Sayangnya, beberapa pembudidaya lobster di Indonesia dipandang belum dapat dengan optimal membesarkan benih lobster.

Hingga, tidak tutup peluang beberapa nelayan masih tangkap benih lobster serta diam-diam jual ke luar negeri, untuk mendapatkan pendapatan.

"Ada nelayan yang ingin berbudidaya tangkap lobster hidup, sekitar mana?" kata Edhy di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (13/12).

Menurut dia, Indonesia mempunyai kesempatan untuk lakukan budidaya benih lobster, dengan mengambil negara lain yang telah sukses lakukan budidaya itu. Satu diantara tempat yang pas untuk budidaya ini, yaitu di teluk laut dengan keadaan ombak lebih tenang. Contohnya di daerah Kepulauan Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Jember, Jawa Timur.

Dengan begitu, faksinya akan lakukan beberapa persiapan serta infrastruktur untuk budidaya lobster. Sekalian menanti infrastruktur selesai, Edhy ingin usaha lobster terus berjalan, yaitu lewat export benih lobster.

"Apa kita ingin tunggu sekalian tunggu waktu ini siap, atau kita diamkan ini, sama kita menanti," sambungnya.

No comments